Jumat, 14 Januari 2022

It's My Birthday

Hi kamu sekarang, ada salam dariku 4 tahun lalu, bagaimana kamu sekarang? Apakah menikmati setiap harimu, apakah kamu bahagia? Apa kamu sehat? Apa kamu merindukan ku 4 tahun lalu? 


Sejujurnya, aku merindukan diriku 4 tahun lalu, merindukan akan semua hal baik, merindukan semua hal konyol yang pernah dilalui, merindukan setiap harinya, merindukan diriku yang lebih sehat, merindukan diriku yang lebih bahagia, merindukan diriku yang tidak pernah takut akan hal apapun, merindukan diriku yang dulu membuatku sedikit sedih, berjalan, bertahan sampai sejauh ini, bukan hal mudah, bukan juga hal berat, semua proses dilalui sampai sekarang, sampai sejauh ini. Bukan kah kamu tumbuh menjadi wanita yang kuat? Bukankah tidak semuanya bisa sepertimu?

Untuku saat ini, tetap sehat, tetap bahagia, jangan terlalu cemas, jangan terlalu takut untuk semua hal, lakukan apapun yang ingin kamu lakukan, diam saat kamu tidak ingin melakukan apapun, marah saat ingin marah, menangis kalau memang ingin dan harus menangis, jangan di tahan. Luapkan semua kalau memang itu membuatmu merasa lebih baik. Tapi setelah itu harus bangkit dan lakukan yang terbaik,. Tumbuh menjadi dewasa, tumbuh menjadi wanita sesungguhnya, tumbuh menjadi wanita bahagia, tumbuh menjadi dirimu apa adanya, tumbuh menjadi wanita baik untuk dirimu sendiri, tumbuh untuk semua hal baik, tinggalkan yang tidak membuatmu bahagia, lakukan apapun yang ingin kamu lakukan, coba apapun yang ingin kamu coba, tetap kontrol emosi dengan baik, tetap kontrol diri sendiri dengan baik. Jangan berusaha untuk baik kepada semua orang, jangan berusaha membuat orang lain baik terhadapmu, jangan berusaha membuat semua orang untuk menyukaimu.

Untuku 4 tahun lalu, terima kasih untuk semua pelajaran berharganya, terima kasih sudah memberi begitu banyak hal baik, terima kasih untuk semua hal yang tak pernah terfikirkan sebelumnya, terima kasih semua kisah baik nya, terima kasih untuk semua cerita baik nya, terima kasih dulu untuk kuat dan bahagia, terima kasih untuk semuanya, apapun itu, terima kasih.


Jakarta, 15 Januari 2022

Jumat, 15 Januari 2021

Terimakasih (untuku)

 


Assalamualaikum,

Apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik ya. Bagaimana kamu melalui tahun 2020? Kamu hebat, kamu kuat. Selamat sudah sampai sejauh ini, semoga kamu akan selalu hebat dan kuat.

Hehee....
Hari ini, aku ulang tahun, ya hari dimana aku dilahirkan, terlalu istimewa untuk sosok perempuan yang sudah melahirkanku, terimakasih sudah menjadi sosok yang hebat buatku, sosok lelaki yang luar biasa, terimakasih sudah membimbingku sejauh ini, terimakasih terimakasih, memang kata terimakasih tak cukup untuk membalas semua yang tlah aku dapat selama ini.

Mau cerita 1 tahun ke belakang, bukan tahun yang mudah untuk dilalui, untukku, untuk kalian juga, kita semua hebat sudah bertahan sampai sekarang dan semoga selalu kuat yaaaa. 1 tahun dimana kita bergerak tak seperti biasanya, aktivitas kita berbeda dari biasanya, ya hampir semuanya berubah.

Hehee....
Kadang aku mikir, pernah buat salah apa ya sampai aku ngalamin hal sekarang, haha kaya dongeng aja
Tapi ya bagaimana lagi, keadaan seperti ini bukan cuma aku yang ngalamin, tapi kita semua, mengajarkan kita untuk lebih sadar lagi akan kebersihan, lebih sabar lagi, harus bisa menahan diri lebih baik lagi. Ya intinya harus lebih lebih, hehe

Aku bingung sebenernya mau nulis apa, apa yang mau aku tulis disini aja aku bingung, mau mulai dari mana bingung, hehe aku yang selalu berteman dengan kebingungan.
Ya aku mau minta maaf sama kalian semua, untuk yang membaca ini ataupun tidak, minta maaf kalau sekiranya aku ada salah, aku berbuat jahat sama kalian, aku juga mau bilang, terimakasih sudah berteman sama aku, terimakasih sudah mau membaca ini sampai sekarang - yang belum ada ujungnya juga - terimakasih sudah membuat aku mengenal kalian. Dan aku juga berterimakasih untuk diri sendiri, sudah kuat, sudah belajar banyak dari kejadian, sudah menjadi sedikit (lebih baik). Kedepan semoga aku kita semua bisa menjadi orang yang baik, bermanfaat untuk semuanya.

Pesan untukku, semoga aku bisa tetap menjadi diri sendiri, menjadi orang yang lebihhh sabarrrrrrr lagi, lebih baikkk lagi, menjadi orang yang bisa ikhlas dengan lapang dada.

Untuk temanku dikosan, terimakasiiiiiiih bangetttttttt sudah menjadi teman main bercanda nakal jail, semuanya lah, hehee
Semoga kalian berdua selalu sehat ya, selalu dalam lindunganNya.

Kayanya udah panjang, pasti juga pada males baca, hehee
Ya itu aja,

Selamat ulang tahun untuk siapapun yang merayakan hari ini. Semoga diberi umur yang berkah barokah. Aamiiin

Wassalamualaikum....

Minggu, 06 Desember 2020

Aku dan Sabtu, 05 Desember 2020

 hiiii

assalamualaikum,

bagaimana kabar kalian? semoga sehat selalu ya, jangan lupa untuk istirahat dan jaga kesehatan, minum air putih yang banyak yaaa

aku mau cerita sedikit, jadi kemaren sabtu selepas pulang kerja, aku ngga langsung pulang, hee iya biasanya tiapppppp kerja pulang ya langsung pulang ke kosan, sabtu kemaren ceritanya aku ga langsung pulang, hehee

aku mampir dulu jalan-jalan di kota tua, ternyata disana udah rameeeee - tapi aku ga sempet foto keramaiannya - aku sekedar jalan ajaa liat banyak orang, setelah lumayan lama ngga liat orang sebanyak itu, hehe rasanya beda aja












yaaaa itu beberapa foto yang aku ambil, ngga banyak si, tapi ya mengobati rasa rinduku untuk melihat orang banyak, walau terkadang aku lebih suka sunyi 😀


semoga kita semua diberi kesehatan :))

wassalamualaikum,


Selasa, 10 November 2020

aku dan ketidaktauanku

Hai......

Assalamualaikum, 

Pernah ngga kamu merasa bosen, merasa kamu seorang diri, merasa kaya orang sekeliling kamu ngga peduli sama kamu, merasa kamu beneran hidup sendiri, padahal sekeliling kamu rame, dan ya itu ngga membuat kamu kesepian sama sekali. Tapi kali ini, kamu merasakan hal itu semua. Heheee

Aku sering ngerasa hal kaya gitu, mungkin kalau mau datang bulan emosi tidak bisa ke kontrol, suka merasa diri sendiri ga ada gunanya, terlalu memikirkan hal negativ yang ada pada diri sendiri, selalu mikir kalau diri sendiri ga berguna, kalau lagi mikir kaya gini, suka mikir aja sih, apa aku yang terlalu lebay, aku yang terlalu kebawa sama perasaan, kebawa sama suasana hati, kadang suka tiba-tiba nangis, apa terlalu cengeng juga? Ah kadang ribut sama pikiran sendiri.

Dan sampai sekarang aku belum bisa ngatasin itu semua, kalau lagi mikir kaya gitu kadang diem aja, ya diem aja, ngga mikirin apapun, ngga bikin sembuh sih, ngga bikin aku langsung bisa ketawa seneng. Diem ditempat sepi tanpa ada orang, dan itu udah cukup.


.......


Rabu, 08 April 2020

Makalah - Apakah Orang Berilmu Lebih Mulia dari Orang Berakhlak


KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas mengenai “Apakah Orang Berilmu Lebih Mulia dari Orang Berakhlak”.
Dimana tujuan saya membuat makalah berisikan tema tersebut adalah untuk memperdalam tentang pengertian dan perbedaan antara orang yang berilmu dan orang yang berakhlak, apakah orang yang berilmu lebih mulia dari orang berakhlak?. Dimana makalah ini menjadi tugas saya sebagai mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Akhlak dan Etika.
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat kedepannya.


















 








ISI

A.      Pengertian Ilmu

Ilmusains, atau ilmu pengetahuan (InggrisscienceArabالعِلْـمُ) adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia[1]. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi, dengan kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi, jika ketiga cabang itu terpenuhi berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.

B.       Tanda-Tanda Orang Berilmu

Berilmu atau tidaknya seseorang dalam kacamata Islam tidak dilihat dari segi banyak atau luas wawasan, tapi dilihat dari sifat atau tingkah lakunya. Apakah ilmu yang dimilikinya sesuai degan akhlaknya? Sudahkan ilmu yang digandrunginya mampu mengubah dirinya menjadi pribadi ahli ilmu?

Berikut ini sifat yang semestinya dimiliki oleh orang yang berilmu.

1.      Bertanggung Jawab

Tanggung jawab yang dimaksud adalah menjaga ilmu yang sudah dianugerahkan sesuai dengan ketentuan syari’at. Salah satu tanggung jawab yang dibebankan syari’at adalah menjaga ilmu yang telah dimiliki agar tidak hilang. Yaitu dengan cara megulang-ngulang dan mengamalkannya.

2.      Tidak Menyembunyikan Ilmu

Menyembunyikan ilmu bemakna tidak mau mentransfer ilmu tersebut kepada orang yang membutuhkan. Menyembunyikan sesuatu dengan menutup-nutupinya, menghilangkannya, atau meletakkan objek lain pada sesuatu yang dihilangkannya itu.
Menyembunyikan ilmu terealisasi ketika seseorang datang kepada kita untuk menanyakan sebuah hukum atau sebuah solusi dari sebuah permasalahan, tapi kita tidak melayani orang tersebut. Ataupun pura-pura tidak tahu solusi atau jawabannya.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang elah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka dilaknan Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati(QS. Al-Baqarah [2]: 159).
Islam melarang penyembunyian ilmu sebab akan menjadi musibah bagi diri sendiri dan musibah bagi orang lain.

3.      Tawadu

Tawadu (rendah hati) adalah sifat yang sangat terpuji, Al-Qur’an sendiri telah mengangkat derajat orang-orang yang berlaku tawadu, sebagaimana dalam firman Allah Swt.;“dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (QS. As-Syu’ara’ [26]:215)

C.      Keutamaan Berilmu Dalam Islam

Manusia diciptakan dengan segala kesempurnaannya, dan Allah telah memberikan akal yang sehat pada manusia untuk membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Dan dengan akal tersebut manusia diwajibkan untuk mencari ilmu pengetahuan dan memiliki ilmu pengetahuan dalam segala hal agar tidak tersesat dalam menjalani kehidupan. Ilmu pengetahuan ibarat sebuah cahaya yang akan menuntun manusia hingga mencapai tujuan penciptaan manusia menurut Islam.
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu bekal abadi bagi manusia untuk mencapai sukses dunia akhirat menurut Islam. Ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian yang dimiliki seseorang, baik mengenai soal duniawi, akhirat, lahir, batin dan lainnya.
Hukum menuntut ilmu dalam Islam adalah wajib. Seperti yang dikatakan dalam sebuah hadits:
“Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim (baik muslimin ataupun muslimah).” (HR. Ibnu Majah)
Bagi seorang muslim ilmu pengetahuan sangatlah penting, karena di dalam Islam, orang yang berilmu akan diangkat derajatnya dan dihormati.  Ada beberapa keutamaan berilmu dalam Islam yang perlu di ketahui oleh seorang muslim.

D.      Keutamaan Berilmu Menurut Islam dan Dalilnya

Allah SWT. telah menjelaskan keutamaan orang-orang yang berilmu dalam Islam melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits sebagai sumber pokok ajaran Islam. Dan diantara keutamaan-keutamaan berilmu tersebut, berikut ada delapan keutamaan berilmu menurut Islam :
a)      Orang berilmu akan dimudahkan jalan menuju surga
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda :
“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)
Maksud dari hadits tersebut adalah, orang-orang muslim yang berilmu akan dimudahkan oleh Allah dalam menuju surga dikarenakan dengan Ilmu orang muslim dapat beribadah dengan benar dan sesuai dasar hukum Islam. Dari hadits tersebut dapat kita lihat, bahwa ilmu sangatlah penting bagi umat muslim dan memiliki manfaat dalam kehidupan dunia akhirat.
b)      Orang berilmu akan memiliki pahala yang mengalir
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda :
“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya, kecuali tiga hal. Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak yang sholeh atau sholehah.” (HR. Muslim)
Maksud dari hadits tersebut adalah, ilmu yang mengandung kebaikan yang diajarkan oleh seseorang kepada orang lain, kelak ilmu itu akan memberikan pahala yang mengalir kepada orang yang mengajarkan ketika ia sudah meninggal dunia.
c)      Orang yang paling takut kepada Allah SWT. adalah orang yang berilmu
Dalam (QS. Fathir : 28), Allah berfirman :
“Dan demikian pula diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.”
Yang dimaksud ulama dalam ayat tersebut adalah mereka yang mengetahui dan mengakui kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya. Dengan ilmu seseorang akan lebih memahami hakikat diciptakannya kehidupan ini dan dari pengetahuan tersebut seseorang akan melihat kuasa dan kebesaran Allah sebagai zat yang maha pencipta,, dan orang berilmu akan merasa takut karena dia memiliki pengetahuan akan kuasa dan kebesaran Allah SWT.
d)     Allah SWT. akan mengangkat derajat orang yang berilmu
Di dalam (QS. Al-Mujadilah[11] : 58), Allah SWT. berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa Allah telah menjanjikan akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu. Dan derajat orang yang berilmu akan terangkat, baik di hadapan Allah SWT. ataupun dimata manusia.
e)      Orang yang berilmu adalah orang yang diberi kebaikan dan karunia oleh Allah
Dalam (HR. Bukhari dan Muslim) dari Mu’awiyah, Rasulullah SAW. bersabda :
“Barang siapa yang Allah kehendaki mendapatkan semua kebaikan, niscaya Allah akan memahamkan dia tentang ilmu agama.”
Dan dalam (QS. Al-Baqarah[2] : 269), Allah SWT. berfirman :
“Allah berikan Al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa saja yang dia kehendaki. Dan barang siapa yang di anugerahi Al-Hikmah itu, sungguh ia telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran(berdzikir) dari firman-firman Allah.”

f)       Orang berilmu mewarisi kekayaan Nabi
Dalam Shahihul Jam Al Albani dikatakan : “Ilmu adalah warisan para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dirham ataupun emas, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”
Maksudnya adalah, ilmu merupakan warisan Nabi dan barangsiapa yang mecari ilmu dan menjadi orang yang berilmu maka kita telah mewarisi apa yang para Nabi berikan.
g)      Orang yang berilmu disejajarkan dengan para Malaikat
Dalam (QS. Ali Imran : 18), Allah berfirman :
“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yangberhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan orang yang berilmu setara dengan para Malaikat yang bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layak disembah selain Allah SWT.
h)      Orang yang berilmu berbeda dengan orang yang tidak berilmu
Dalam (QS. Az-Zumar : 9), Allah berfirman :
“Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada azab akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran
Dari beberapa dalil diatas dapat disimpulkan bahwa Islam dan ilmu pengetahuan memiliki keterkaitan dan Islam menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu untuk semakin taat kepada Allah SWT.

E.       Pengertian Akhlak, Macam-Macam Akhlak dan Dalil Tentang Akhlak 

Berakhlak dengan akhlak yang disyariatkan dalam Islam diantaranya; jujur, amanah, bertanggung jawab, menjaga kesucian, malu, berani, darmawan, menepati janji, menjauhi semua yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berbuat baik kepada tetangga, membantu orang yang membutuhkan sesuai kemampuan, dan selainnya dari akhlak-akhlak yang tertera dalam Al-Qur’an dan sunnah yang dijelaskan tentang disyariatkannya akhlak-akhlak tersebut.
Akhlak yang baik adalah tanda kebahagiaan seseorang di dunia dan di akhirat. Tidaklah kebaikan-kebaikan datang atau didapatkan di dunia dan di akhirat kecuali dengan berakhlak dengan akhlak yang baik. Dan tidaklah keburukan-keburukan ditolak kecuali dengan cara berakhlak dengan akhlak yang baik.
Maka kedudukan akhlak dalam agama ini sangat tinggi sekali. Bahkan Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau mengatakan:
تَقْوى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Juga beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحِبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)
Juga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari)
Dan dahulu Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam adalah manusia yang paling baik akhlaknya, paling sempurna adabnya, paling baik pergaulannya, paling indah muamalahnya, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau. Beliau adalah contoh bagi seluruh hamba dalam segala akhlak yang baik, segala adab yang indah dan segala muamalah yang baik. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
 وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh yang baik bagi orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan  hari akhir dan mengingat Allah dengan dzikir yang banyak.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)

Akhlak yang bermanfaat adalah akhlak yang dilakukan seseorang dengan mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala agar ia mendapatkan surga dan derajat yang tinggi di akhirat nanti. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّـهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا ﴿٩﴾
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan[76]: 9)
Bukan seorang yang berakhlak tapi mengharapkan balasan di dunia. Oleh karena itu Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam pernah bersabda:
لَيْسَ الوَاصِلُ بِالمُكَافِئِ
“Bukanlah orang yang menyambung silaturahmi jika sekedar membalas orang lain.” (HR. Bukhari)
Adapun orang-orang yang bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik akan tetapi dengan tujuan dunia, dia tidak akan mendapatkan dari dunianya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuknya. Dan dia tidak akan mendapatkan balasan di akhirat. Bahkan dia akan menemukan hal yang buruk disebabkan dia hanya menginginkan balasan dari orang lain. Karena diantara manusia banyak yang tidak mampu untuk membalas kebaikan bahkan tidak mampu membalas kebaikan dengan kebaikan. Diantara mereka ada yang akhlaknya sangat buruk. Apabila seseorang berbuat baik kepadanya, sebaliknya dia berbuat buruk kepada orang tersebut. Seorang yang baik adalah orang yang tidak menunggu balasan dari manusia jika dia berbuat baik kepada mereka. Akan tapi dia hanya mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Oleh karena itu hadits-hadits yang menjelaskan atau menganjurkan untuk berakhlak dengan akhlak yang baik menyebutkan balasan akhlak tersebut akan didapatkan pada hari kiamat. Yaitu dengan dimasukkannya ke dalam surga atau mendapatkan derajat yang tinggi di akhirat nanti. Dan semakin baik akhlak seseorang karena ia mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka akan semakin besar balasan dan pahala yang akan dia dapatkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka apabila seorang berakhlak tidak mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tetapi hanya mengharapkan tujuan-tujuan dunia, amalan tersebut tidak termasuk dalam amal shalih yang dia lakukan. Karena diantara syarat diterimanya suatu amalan adalah seorang mengharapkan balasan dan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Intinya, bahwasanya akhlak mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di agama kita dan Syaikh bin Baz Rahimahullah dalam kitab ini hanya ini menyebutkan sebagian dari akhlak-akhlak yang baik yang sebaiknya atau seharusnya seorang Muslim bersifat dengan akhlak-akhlak tersebut.

F.        Akhlak-Akhlak yang disyariatkan dalam Islam

1.      JUJUR

Beliau mengatakan bahwa diantaranya adalah jujur. Jujur adalah salah satu akhlak yang paling agung dalam Islam. Dan disebutkan dalam banyak ayat keutamaan orang-orang yang jujur. Diantaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ ﴿١١٩﴾
Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan
jadilah kalian bersama dengan orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah[9]: 119)
Juga dalam hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beliau bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ،
 وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ، وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ، حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
“Hendaklah kalian selalu jujur karena kejujuran menghantarkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan mengantarkan kepada surga dan senantiasa seorang berjujur dan berusaha untuk jujur sampai ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur.”
Dan kejujuran yang paling tinggi kedudukannya adalah kejujuran dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّـهَ عَلَيْهِ
Di antara orang-orang beriman ada orang-orang yang mereka jujur melaksanakan apa yang mereka janjikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Ahzab[33]: 23)
Dia jujur kepada Allah dalam tauhidnya, dalam imannya, dalam ibadahnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا
 مِنْ قَلْبِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
“Tidaklah seorang menyaksikan bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah jujur dari hatinya kecuali Allah mengharamkan atasnya neraka.” (HR. Bukhari)
Yang dimaksud dengan jujur yaitu sesuai apa yang diucapkan dengan dengan apa yang ada di dalam hati. Ketika seseorang mengucapkan dengan lisannya, maka hal tersebut sesuai dengan apa yang ada di hatinya. Adapun jika berbeda antara yang dia tampakkan dan dia sembunyikan, maka ini adalah kemunafikan. Dan kemunafikan bisa jadi kemunafikan yang besar atau juga kemunafikan yang kecil tergantung dengan perbedaan antara yang dia tampakkan dan dia sembunyikan. Jika dia menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran, maka ia adalah kemunafikan yang besar. Namun apabila dia menampakan bahwasanya ia menepati janji akan tetapi ia menyembunyikan kebohongan atau menyembunyikan khianat, maka ini termasuk nifaq asghar. Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam pernah bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda-tanda kemunafikan ada tiga; jika ia berbicara ia berdusta, jika ia berjanji ia mengingkari dan apabila dia diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari, Muslim)
Jika kebohongan adalah tanda-tanda kemunafikan, maka kejujuran adalah tanda-tanda keimanan.
Maka wajib bagi setiap Muslim untuk menjadi orang yang jujur dan hendaklah kejujuran itu menjadi sifat yang selalu berada pada dirinya agar ia mendapatkan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah janjikan kepada hamba-hambaNya yang selalu berbuat jujur.

2.      AMANAH

Berkata Syaikh bin Baz Rahimahullah bahwa diantara akhlak yang disyariatkan dalam Islam yaitu amanah -bertanggung jawab-. Amanah mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di agama kita. Allah ‘Azza wa Jalla menawarkan amanah tersebut kepada langit dan bumi. Maka semuanya merasa khawatir untuk memikulnya dikarenakan besarnya perkara itu. Allah berfirman:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ
 أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا ﴿٧٢﴾
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” (QS. Al-Ahzab[33]: 73)

Makna dari amanah secara umum adalah mencakup seluruh perkara agama. Karena Allah ‘Azza wa Jalla telah menciptakan hamba-hambaNya agar mereka beribadah kepadaNya dan Allah menciptakan mereka agar mereka taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan amanah ini wajib dilakukan oleh setiap manusia, wajib untuk dijaga, wajib untuk diperhatikan. Dan manusia terbagi menjadi tiga bagian dalam memikul amanah ini. Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan dalam lanjutan ayat tadi:
لِّيُعَذِّبَ اللَّـهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ
 اللَّـهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَكَانَ اللَّـهُ غَفُورًا رَّحِيمًا ﴿٧٣﴾
sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab[33]: 74)
Tiga bagian tersebut adalah:
Ø  orang yang mengaku menjaga amanah dalam apa yang mereka tampakkan akan tetapi mereka menyembunyikan kemunafikan
Ø  orang-orang yang menyia-nyiakan amanah secara lahir maupun batin, baik ia nampakkan maupun ia sembunyikan. Dan mereka adalah orang-orang musyrik
Ø  orang-orang yang menjaga amanah secara lahir dan batin baik ketika sembunyi maupun ketika kelihatan dan mereka adalah orang-orang yang beriman.

Diantara bentuk amanah adalah menjaga hak-hak hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, menepati janji mereka, dan hal-hal yang lain. Kemudian, panca indra manusia semuanya adalah amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah akan bertanya tentang panca indera tersebut pada hari kiamat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا ﴿٣٦﴾
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Isra'[17]: 36)
Harta juga adalah amanah yang akan ditanyakan pada hari kiamat nanti. Anak-anak adalah amanah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّـهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا
 أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٧﴾ وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ
 وَأَنَّ اللَّـهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿٢٨﴾
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan RasulNya dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. An-Anfal[8]: 28)

Yaitu anak-anak adalah ujian dan cobaan, apakah seorang Muslim menunaikan amanah yang dibebankan kepadanya dari harta, dari anak dan selainnya? Maka diantara akhlak yang sempurna dari seorang Muslim yaitu menjaga amanah, memperhatikan dan tidak menyia-nyiakannya sedikitpun.

3.      MENJAGA KESUCIAN

Menjaga kesucian yaitu dengan cara meninggalkan yang diharamkan, menjaga diri dari perbuatan dosa-dosa dan maksiat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّىٰ يُغْنِيَهُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ
Hendaklah menjaga diri orang-orang yang belum mampu untuk menikah sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan karunia kepadanya.” (QS. An-Nur[24]: 33)
Dan barangsiapa yang belum mampu untuk menikah hendaklah dia menjaga kesuciannya dan menjauhi perbuatan-perbuatan haram dengan niat ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan karena bertakwa kepadaNya. Adapun orang-orang yang tidak mempunyai harta maka hendaklah ia menjaga kesuciannya dan tidak meminta-minta kepada manusia. Dalam hadits disebutkan bahwa:
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ
“Barangsiapa yang menjaga kesuciannya maka Allah kan mensucikanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4.      MALU

Malu adalah akhlak yang sangat agung dan sifat yang sangat mulia yang hendaknya seseorang berakhlak dengan akhlak ini. Dan apabila seorang berakhlak dengan akhlak ini, akhlak ini akan menghalanginya dari seluruh perbuatan-perbuatan yang buruk dan mengantarnya kepada perbuatan-perbuatan yang baik. Karena sifat malu seluruhnya adalah kebaikan dan tidak akan mendatangkan kecuali kebaikan. Sebaliknya, apabila sifat malu ini hilang dari seseorang, maka kebaikan akan meninggalkannya dan dia tidak akan malu untuk melakukan keburukan apapun.
إنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُولَى: إذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْت
“Sesungguhnya diantara perkataan nubuwwah yang didapatkan oleh manusia yaitu: Jika engkau tidak malu maka kerjakan apa saja yang engkau inginkan.” (HR. Bukhari)
Dan sifat malu yang paling tinggi kedudukannya yaitu malu kepada Rabbul Alamin (Tuhan semesta alam), pencipta seluruh makhluk. Dan diantara sifat malu yaitu malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, malu ketika kita melakukan apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka setiap waktu seseorang hendaknya merasa malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak melakukan sesuatu yang diharamkan, tidak melakukan perbuatan dosa karena malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Maha Melihat, tidak ada yang luput dari penglihatan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang penyair mengatakan:
إِذا خَلَوتَ الدَهرَ يَوماً فَلا تَقُل. خَلَوتُ وَلَكِن قُل عَلَيَّ رَقيبُ.
“Jika suatu hari engkau sendirian maka janganlah mengatakan aku sedang sendirian. Akan tetapi katakanlah bahwasanya ada yang mengawasiku.”
Diantara bentuk malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah seorang menjaga anggota badannya, menjaga panca inderanya, menjaga perutnya dari memasukkan ke dalam perutnya hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hadits disebutkan:
وَلَكِنَّ الاِسْتِحْيَاءَ مِنَ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى وَتَحْفَظَ الْبَطْنَ وَمَا حَوَى وَتَتَذَكَّرَ الْمَوْتَ وَالْبِلَى وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا
“Sungguhnya malu yang benar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu engkau menjaga kepala dan apa yang ada dalam isi kepala tersebut, menjaga perut dan apa yang ada dalam isi perut tersebut, mengingat kematian dan barangsiapa yang mengharapkan akhirat adalah ia meninggalkan perhiasan dunia.” (HR. Ahmad, Tirmidzi)
Dan juga termasuk malu kepada sesama makhluk yaitu meninggalkan muamalah-muamalah yang buruk, perbuatan-perbuatan yang buruk, akhlak-akhlak yang tercela, karena semua hal tersebut bertentangan dengan sifat malu yang baik.

5.      BERANI

Berani dalam tempatnya yang benar adalah kemuliaan dan kesuksesan. Adapun keberanian yang bukan pada tempatnya, itu adalah sifat ngawur dan kehancuran. Dan keberanian seorang Mukmin muncul dari keimanan dan keyakinannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla serta kekuatan tawakkalnya kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Dia tidak takut kecuali kepada Allah, tidak meminta kemuliaan kecuali dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berkat Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah bahwa keberanian akan membawa seseorang kepada akhlak-akhlak yang mulia, membuat dia dermawan. Karena keberanian jiwa dan kekuatan hatinya, ia rela meninggalkan apa yang ia cintai dan membuatnya meninggalkan apa yang ia inginkan. Maka kekuatan jiwa dan keberanian seseorang akan membuat dia meninggalkan hal-hal buruk yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Bukanlah orang kuat adalah orang yang kuat dalam bergulat, akan tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Apakah orang berilmu lebih mulia dari orang yang berakhlak?

Salah satu aspek penting yang mendapat perhatian utama dalam Islam adalah akhlak. Islam memang memuliakan orang-orang yang berilmu, bahkan mewajibkan semua penganut ajaran Islam untuk menuntut ilmu seperti disampaikan dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Majah; “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap Muslim (baik perempuan maupun laki-laki),” namun Islam juga mensyaratkan akhlak untuk kesempurnaan ilmu.
Dalam Syarhul Hilyah Fii Thalabul Ilmi, syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan, orang yang menuntut ilmu wajib menghiasi dirinya dengan akhlak, sebab tanpa akhlak, ilmu yang didapat tak akan memiliki faedah sama sekali. Kepandaian dalam bidang keilmuan tertentu tak akan bisa memberi manfaat secara maksimal jika tak diiringi dengan akhlak yang mulia, sebab akhlak adalah ruh utama untuk kebermanfaatan ilmu.
Para ulama jaman dahulu terbiasa mendahulukan dan memberi porsi lebih untuk belajar akhlak daripada ilmu. Salah satunya adalah Abdullah bin Mubarak yang bertutur dalam Ghayatun-Nihayah fi Thobaqotil Qurro, “Saya mempelajari adab selama tiga puluh Tahun dan saya mempelajari ilmu (agama) selama dua puluh Tahun, dan mereka (para ulama) memulai pelajaran mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu kemudian baru ilmu.”
Begitu pentingnya akhlak dalam Islam hingga Rasulullah Muhammad menyebut dirinya diutus Allah bukan untuk tujuan lain selain untuk menyempurnakan akhlak. Dengan begitu, akhlak seharusnya tetap digunakan sebagai pijakan utama bagi setiap Muslim dalam melakukan berbagai hal, baik yang terkait dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.
Dilihat dari fungsinya, akhlak adalah pembeda untuk pintar dan benar. Orang yang berilmu tentulah pintar, namun jika tidak melengkapi dirinya dengan akhlak, maka tak ada jaminan kepintaran yang dimilikinya mampu mengantarkan pada kebenaran.
Sekalipun orang tersebut mengaku sebagai ulama, namun jika akhlak yang ditampilkan tercela, maka tak ada kebenaran yang bersemayam di setiap wejangan yang disampaikan. Akhlak juga berfungsi sebagai benteng yang melindungi orang berilmu dari berbagai macam godaan. Sebab, orang berilmu tak akan pernah lepas dari godaan. Salah satu yang paling sering menghantui adalah kesombongan. Orang yang berilmu cenderung mengira dirinya sudah tahu segala, merasa kebenaran hanyalah apa yang keluar dari mulutnya.
Tanpa akhlak, orang berilmu hanya akan menjadi hantu. Yang berarti tak jelas wujud dan manfaatnya. "Padahal akhlak itu sangatlah sederhana, berbuat baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang dapat menyakitinya (baik fisik maupun hati) dan menahan diri ketika disakiti" (Madarijus Salikin II/318-319).
Karenanya, selalu lengkapi diri kita dengan akhlak, sebab hanya dengan cara itu, ilmu yang kita miliki dapat memberi kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain.
Jadikan pula akhlak sebagai ukuran dalam menilai keilmuan seseorang, jangan sampai kita terperosok dalam lubang kelam akibat salah memilih panutan. Jika ilmu adalah cahaya, maka akhlaklah penyempurnaannya.
Jadi kesimpulan yang dapat kita tarik adalah, bahwa orang yang berilmu tanpa menyempurnakan akhlaknya adalah suatu hal yang percuma. Dengan akhlak yang tidak baik ilmu kita tidak akan bermanfaat bagi orang lain. Kita hanya akan mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Padahal Allah SWT sangat membenci manusia yang memiliki sifat yang takabur atau sombong karena memiliki ilmu. Maka dari itu, kita sebagai umat Islam yang berakal hendaknya kita menyempurnakan akhlak kita agar ilmu yang kita punya tidak sia-sia dan bermanfaat bagi orang lain. Tidak masalah apabila ilmu kita masih dangkal tapi akhlak kita baik, Insya Allah , kita akan selalu dilindungi oleh Allah SWT dari segala macam fitnah, nafsu setan, maupun nafsu dari dalam diri kita sendiri.


DAFTAR PUSTAKA