Kamis, 01 Agustus 2019

Kita di UPM semester 4 hehee



Assalamualaikum.....
selamat soreeee.....
Hi apa kabar kalian? Aku harap kalian sehat selalu, sudah lama tidak meyapa kalian, agak sibuk akhir-akhir ini, jadi aku minta maaf untuk itu ya. Kali ini aku mau cerita tentang aku dan temen ceweku di kelas, tentang UPM (Ujian Pengendali Mutu) di semester 4. Ngga berasa aku sudah semester 4 sekarang, yang awalnya ngga yakin ambil jurusan itu, yang awalnya mau keluar pindah kelas, yang awalnya pengin pindah jurusan, dannnn akhirnya sampai sejauh ini aku melangkah. Kalau di pikir ulang emang begitu cepat berlalu ya, aku sendiri masih kaya ngga sadar aku sudah semester 4 dan sudah tambah tua juga 😀.
Nah jadiiiiiiii ceritanyaaaa, kita UPM kali ini beda sama semester sebelumnya, waktu semster 1-3 kami UPM cuma 1 hari, jadi kita bisa cuti kerja, karena setiap UPM kita selalu siang harii - huhuuu ngga bisa berubah jadi malem aja apa yak? eh ga bisa hehhee - UPM sekarang kita 2 hari, wah banyak dari kita yang pas sudah tau jadwal bingung atur jadwal dengan kerjaan, yah biasa lah kita para perempuan ghibah gimana aturnya biar bisa ijin kerjaan buat ikut ujian, jeng-jeng akhirnya keputusan pun di tangan kita masing-masing.
Kita dikelas sebenernya ada 6 perempuan - wah jadi selama ini perempuan boongan yah, eh ga gitu 😁 - tapi karena semester kemaren kita daper temen baru 1 jadi perempuan sekarang ada 7 di kelas, wah rame ya lumayan kalau ghibah  hahaaa. Maaf ya dari tadi aku ngomongin ghibah mulu, tapi emang gitu sih kalau udah pada kumpul, apa aja bisa jadi cerita.
UPM selesai, dan masuk semester 5, yang katanya sudah mulai bosen, sudah mulai jarang masuk, sudah mulai mengabaikan tugas, dan sudah mulai ada yang keluar - tapi semoga tidak untuk kelas kita ya- Amiiiin.
Dan selamat datang semester baru kawan-kawan
Evita-Putri-Deasy-Meylana-Eka-akuuuu
ini mereka ber3 aja udah penuhh

entah ini antara laper atau was-was sama nilai

kami yang selalu bahagia - Alhamdulillah

ngga beda jauh sama foto diatas

ya maaff

kaya anak baru lulus ya mau lamaran kerja 

😁😁😂😂

😂😅
ini ber7 tadi yang 1nya ga di kelas
wei belum siyapppp


mereka pipinya sama - seriusan

pramugarii dikelas kita - eh....
kami sebenernya cantik kalau diem hahaa
bonussss

Okee sekian dari kuuu.....
Ngga ada manfaatnya yah, ya emang, karena ini memang di buat untuk kenangan ku saja,
sampai ketemu di semester berikutnya, semoga kita bisa lulus tepat waktu ya
Aamiiin

Wassalamualaikum


Minggu, 17 Maret 2019

Makalah Sejarah Pejuangan dan Jati Diri PGRI - PGRI Pada Masa Demokrasi Liberial (1950-1959)


 






MAKALAH
PGRI PADA MASA DEMOKRASI LIBERIAL  (1950-1959)

KELOMPOK :


1.         MEYLANA DWI SITAWATI (201743501767)
2.         SITI NUR ISNANIYAH (201743501768)













KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan YME dan dengan rahmat dan karunianya, Makalah PGRI Pada Masa Demokrasi Liberial ini dapat kami buat sebagai tugas kami. Sebagai bahan pembelajaran kami dengan harapan dapat di terima dan di pahami secara bersama.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata Kuliah Sejarah Perjuangan Dan Jati Diri PGRI Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya..
Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf  jika terdapat kesalahan dalam penulisan atau penguraian Makalah kami Dengan Harapan dapat di terima oleh bapak dan dapat di jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami.


                                                                                                            Disususn oleh

                                                                                                            Kelompok 1
           



















DAFTAR ISI
Kata Pengantar           : ................................................................................................ i
Daftar isi                     : ............................................................................................... ii
MATERI
BAB I
PENDAHULUAN     : ...............................................................................................  1
BAB II           
PEMBAHASAN 1
A.    Gerakan Guru Pada Masa Perjuangan  : .............................................................   2
B.   PGRI Pada Masa Demokrasi        : ......................................................................  2
1.      Kongres V PGRI di Bandung 19-24 Desember 1950:........................................ 3
2.       Kongres VI PGRI di Malang 24-30 November 1952: .....................................  3
3.      Kongres VII PGRI di Semarang 24 November s/d 1 Desember 1954: ............. 4
4.      Kongres VIII PGRI di Bandung 1956  : ............................................................ 5
5.       Kongres IX PGRI 31 Oktober – 4 November di Surabaya 1959 : .................... 5

BAB III         
A.  PENUTUP                                       : ................................................................................. 6
B.  DAFTAR PUSTAKA         : ................................................................................. 7












BAB I

PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Di dalam kebudayaan bangsa Indonesia, profesi guru mempunyai kedudukan paling tinggi dan dihormati oleh masyarakat. Masyarakat jawa mengenal ungkapan “guru, ratu, wong tuwo karo” artinya adalah taatilah pertama-tama gurumu, lalu rajamu, kemudian kedua orang tuamu. Penghargaan guru tersebut juga terjadi pada masa kolonial, dimana status profesi guru mempunyai kedudukan yang terhormat karena itu guru dihargai oleh masyarakat. Mereka dianggap panutan masyarakat, pemimpin masyarakat, dipanggil ndoro guru dengan status ekonomi yang cukup tinggi. Pada masa kolonial, memang status profesi guru relatif tinggi.
Pada masa penjajahan Jepang, sang guru mendapat kehormatan dengan julukan “Sensei” yang sesuai dengan kebudayaan Jepang dimana guru mempunyai kedudukan sosial yang sangat dihormati. Selanjutnya pada masa pasca kemerdekaan sekitar tahun 1950-an, profesi guru pernah menjadi dambaanorang. Dalam berbagai daerah, ambil contoh di kawasan Indonesia Timur, yang dicari adalah pegawai negeri atau guru.
Dengan perkembangan jaman dan pola fikir masyarakat, terjadilah pergeseran anggapan tentang guru, berkaitan dengan perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Profesi guru bukanlah merupakan pilihan utama dan bergensi, bahkan status profesi guru lebih rendah dibandingkan dengan profesi lain seperti dokter, hakim, teknisi, dan bahkan buruh sekalipun. Profesi guru semakin terpuruk, khususnya guru Sekolah Dasar (SD) yang terkesan “terbelakang” kesejahteraannya. Padahal keprofesian guru menuntut kecakapan dan usaha intelektual yang tinggi, serta pendidikan formal yang cukup tinggi.
Selain itu, Guru juga mempunyai peranan penting di dalam memperjuangkan dan merebut kemerdekaan. Namun tidak banyak orang yang mengetahui hal tersebut. Oleh sebab itu, makalah ini di tulis untuk menjelaskan bagaimana pentingnya tokoh seorang guru dan seberapa besarnya peranan guru di dalam berjuang melawan penjajah.









A.    Gerakan Guru pada Masa Perjuangan Kemerdekaan
Semagat nasionalisme sudah lama tumbuh di kalangan guru semenjak lahirnya kesadaran berorganisasi, kesadaran perjuangan nasional, kesadaran untuk menuntutpersamaan hak dan posisi dengan pihak belanda.
Usaha perjuangan nasib dan posisi guru berjalan terus. Hasilnya antara lain adalah kepala HIS yang dahuli selalu dipegang oleh orang belanda, satu persatu pindah ke tangan bangsa indonesia. Perjuangan ini akhirnya memuncak pada kesadaran dan cita – cita kemerdekaan bukan sekedar nasib belaka.
Pada tahun 1032 nama PGHB diganti dengan PGI (Persatuan Guru Indonesia). Pergantian nam “Hindia Belanda” dengan “indonesia”Dalam nama organisasi ini mengejutkan Belanda,karena nama Indonesia termasuk yang paling tidak desenangi oleh penjajah Belanda karena mencerminkan tumbuhnya semangat Nasionalisme.
Perang dunia 2 pecah pada tahun 1939. Setahun kemudian, negri Belanda diduduki tentara Jepang. Pada tahun 1941 semua guru laki-laki Belanda ditugaskan menjadi milisi, untuk mengatasi kekurangan guru di Indonesia. Pada zaman kedudukan Jepang keadaan berubah segala organisasi dilarang, sekolah ditutup. Segala kegiatan pendidikan dan politik membeku. Barulah menjelang Jepang takluk kepada tentara sekutu, sekolah dibuka kembali.
B.     . PGRI pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
1. Kongkres IV PGRI di Yogyakarta 26-28 Februari 1950
 Presiden RI memuji PGRI yang menurut pendapatnya tidakbisa lain dari pada pencerminan semangat juang para guru sebagai pendidik rakyat dan bangsa. Oleh karena itu, Presiden RI menganjurkan untuk mempertahankannama,bentuk,maksud,tujuan,dan cita – cita PGRI sesuai dengan kehendak dan tekad para pendirinya.
Kongkres IV PGRI dihadiri beberapa utusan dari luar-luar “daerah Renville”, yaitu: Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, bahkan dari Sumatra, yaitu: Sigli, Bukit tinggi, dan Lampung. Pengurus pusat SGI di Bandung datang pada kongkres IV di Yogyakarta untuk secara resmi menggabungkan diri kedalam PGRI dengan menyerahkan 38 cabang. Delegasi SGI terdiri atas, Jaman Soejanaprawira, Djoesar Kartasubrata, M.Husein, Wirasoepena, Omo Adimiharja, Sukarna Prawira, dan Anwar Sanusi. RIS diakui oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
Kembalinya kongkres IV PB PGRI berada di Jakarta segera berkantor diruangan SMA Negeri 1 Jakarta di Jln. Budi Utomo. Pada akhir February 1950 sebanyak 30 cabang SGI diseluruh Negara menyatakan memisahkan diri dari SGI kemudian masuk PGRI. Yaman Soejanaprawira (KPI Jawatan PP dan K), M.Husein dkk berjasa sekali. Pada tahun 1950 pemerintah RI mengeluarkan PP No. 16/1950, sangat menguntungkan para guru, namun pelaksanaan penyesuaian gaji ternyata disana-sini berjalan serat. Kegembiraan menyambut keluarnya PP 16/1950 segera berbalik menjadi kekesalan dan keresahan, terutama dikalangan guru di Jawa Barat. Guru-guru diJawa Barat mengancam untuk mengadakan pemogokan, menurut rencana dimulai pada 12 Juni 1950 pukul 10.00 pagi. Usaha ini berhasil, akhirnya disetujui pemerintah. Hal ini mengokohkan wibawa PGRI dibuktikan dengan lancarnya PP No. 32/1950 tentang penghargaan kepada pelajar pejuang.
2. Kongres V PGRI di Bandung 19-24 Desember 1950
Acara pun lebih bervariasi karena dalam kongres ini bicarakan suatu masalah yang prinsipil dan faundamental bagi kehidupan dan perkembangan PGRI selanhutnya, yaitu asas organisasi ini : apakah akan memilih sosialisme keadilan sosial atau pancasila akhirnya pancasila menjadi asas organisasi
Kongres V merupakan “Kongres Persatuan”. Kongres dihadiri oleh perwakilan luar negeri yang ada diJakarta. Rapat diadakan dipusat kebudayaan Jln. Naripan, kongres ini membicarakan suatu masalah yang prinsipil dan fundamental bagi kehidupan dan perkembangan PGRI yaitu asas organisasi akankah memilih sosialisme keadilan sosial ataukah pancasila. Akhirnya, pancasila diterima sebagai asas organisasi. Sejak kongres V mulai nyata daerah dibentuk beserta susunan pengurusnya konferda mulai dilaksanakan. Mulanya konferda dilaksanakan di Cirebon, Solo, Jember pada Maret 1951, selanjutnya konferda meluas ke pulau lainnya, tanggal 27 Februari 1952 di Makassar dan 20 maret 1952 di Banjarmasin. Hasil nyata dari konsolidasi ialah masuknya 47 cabang di Sulawesi dan Kalimantan kedalam barisan PGRI.
3. Kongres VI PGRI di Malang 24-30 November 1952
Kongres menyepakati beberapa keputusan panting. Dalam bidang organisasi, menetapakan asas PGRI ialah keadilan social dan dasarnya ialah demokrasi, PGRI tetap dalam GSBI. Dalam bidang pemburuhan memperjuangkan kendaraan bagi pemilik sekolah, intruktur penjas, dan pendidikan masyarakat. Dalam bidang pendidikan:
1) System pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan Negara pada masa pembangunan.
2) KPKPKB dihapuskan pada akhir tahun pelajaran.
3) KPKB ditiadakan diubah menjadi SR 6 th
4) Kursus B-I/B-II untuk pengadaan guru SLTP dan SLTA diatur sebaik-baiknya.
5) Diadakan Hari Pendidikan Nasional.
4. Kongres VII PGRI di Semarang 24 November s/d 1 Desember 1954
Kongres ini dihadiri 639 orang utusan. Pelaksanan rapat bertempat di aula SMA B Candi Semarang. Untuk pertama kalinya kongres PGRI dihadiri oleh tamu-tamu dari luar negeri Maria Marchant wakil FISE di Paris, Marcelino Bautista dari PPTA (Filipina) wakil WOTOP, Fan Ming, Chang Chao, dan Shen Pei Yung dari SBP RRC, dan Jung Singh dari organisasi guru Malaysia. Dibicarakan pula masalah pendidikan agama.
Hasil kongres ini antara lain:
Bidang Umum : Pernyataan mengenai Irian Barat, pernyataan mengenai korupsi, resolusi mengenai desentralisasi sekolah, resolusi mengenai pemakaian keuangan oleh kementrian PP dan K, dan resolusi mengenai penyempurnaan cara kerja kementrian PP dan K.
Bidang Pendidikan : Resolusi mengenai anggaran belanja PP dan K yang harus mencapai 25% dari seluruh anggaran belanja Negara, resolusi mengenai UU sekolah rakyat dan UU kewajiban belanja, resolusimengenai film, gambar, tektur, serta radio dan pembentukan dewan bahasa nasional.
Bidang Pemburuhan : UU pokok kepegawaian, peleksanan peraturan gaji, pegawai baru, tunjangan khusus bagi pegawai yang tugas di daerah yang tidak aman, ongkos perjalanan cuti besar, Guru SR dinyatakan sebagai pegawai negri tetap, dan penyelesaian kepegawaian.
Bidang Organisasi : Pernyataan PGRI untuk keluar dari GBSI dan menyatakan diri sebagai organisasi “Non-Vaksentral”.
5. Kongres VIII PGRI di Bandung 1956
Kongres dihadiri hampir seluruh cabang PGRI di Indonesia. Suasana kongres mulanya meriah,tetapi waktu diadakan pemilihan ketua umum keadaan menjadi tegang. Pihak Soebandri menambah kartu palsu. Sehingga pemilihan terpaksa dibatalkan. Otak pemalsuan Hermanu Adi seorang tokoh PKI Jatim, yang menjabat ketua II PGRI. Walaupun M.E Subiadinata dihalangi secara curang akhirnya ia terpilih menjadi ketua Umum mengantikan Sudjono. Ketua II PGRI digantikan M.Husein.
Jumlah anggota PGRI meningkat setelah diadakan konsolidasi dengan cara:
1) Kunjungan kecabang-cabang
2) Korespondensi PB PGRI dengan cabang lebih diintensifikasi
3) Tindakan-tindakan disiplin dilakukan kepada cabang yang tidak disiplin diberikan peringatan seperlunya
4) Dilakukan pembekuan terhadap pengurus cabang PGRI Palembang karena tindakan indisipliner terhadap komisariat daerah
Keterlibatan PGRI dalam symposium BMN Denpasar Bali (Juli 1957) mendapat penghargaan dan perhatian masyarakat.
Pokok-pokok bahasan:
a) Pendidikan sebagai pewaris nilai budaya
b) Perlu adanya Indonesianisasi
c) Aspek kebudayaan agar dilegalisasikan dalam UUD
Masalah cukup serius mendapatkan perhatian diantaranya tentang:
1) Dimasukannya pencak silat dalam pendidikan jasmani
2) Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam dunia pendidikan dan masyarakat
3) Uang alat/perlengkapan sekolah dan pakaian belajar
6. Kongres IX PGRI 31 Oktober – 4 November di Surabaya 1959.
Pada kongres IX di Surabaya bulan oktober /November 1959, soebandri dkk melancarkan politik adudomba diantara para kongres, terutama pada waktu pemilihan Ketua Umum.Usaha tersebut tidak berhasil, ME.Sugiadinata terpilih lagi sebagai Ketua Umum BP PGRI.


































BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.      Peranan guru setelah kemerdekaan sudah tidak diisi lagi dengan perjuangan fisik    mengangkat senjata, tetapi diisi melalui bidang pendidikan.
2.      Guru yang dulunya belum sepenuhnya dianggap sebagai profesi akhirnya diakui sebagai profesi dengan adanya pencanangan guru sebagai profesi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 2 Desember 2004.
3.   Guru tidak sekedar menjalankan tugas, namun harus memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan di tanah air (menjadi guru yang kreatif, berwawasan, professional, bermoral,  kompeten dan pendorong perubahan).






























DAFTAR PUSTAKA

http://adheirma309.blogspot.com/2014/05/makalahku.html

Senin, 11 Februari 2019

Sedikit kisah tentang Saya


Inilah Saya bagi Keluarga dan Kontribusi yang Telah, Sedang, serta Akan Saya berikan untuk Indonesia

Saya Siti Nur Isnaniyah, lahir di Cilacap 21 tahun silam. Saya anak ke 2 dari 3 bersaudara, Kakak Saya bekerja dan Adik Saya sekarang masih sekolah MI kelas 4. Bapak Saya pekerja proyek bangunan di Ambon, sedangkan Ibu Saya jadi ibu rumah tangga. Sebagai anak perempuan satu-satunya Saya terkadang ingin selalu bisa membahagiakan kedua orang tua dengan cara Saya. Kakak Saya dulu hanya lulus SMP saja, dan sekarang Saya Kuliah di Universitas Indraprasta PGRI Prodi Informatika. Saya memutuskan untuk kuliah setelah kerja 2 tahun di Jakarta. Setelah lulus SMA dulu, Saya tidak langsung kuliah, Saya memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu. Saya berfikir, sebagai anak yang masih kuliah sendiri dalam keluarga, Saya bisa berbagi ilmu dengan adik Saya di rumah, Saya mengarahkan atau memberikan masukan ke adik Saya agar nantinya tidak terjerumus dengan hal – hal negative. Saat ini mungkin belum ada yang bisa Saya lakukan buat Keluarga, tapi Saya selalu berusaha untuk bisa menjadi anak yang bebakti dengan mereka, dan membantu mereka saat Saya sedang berada dirumah.

Saat ini Saya tinggal di Jakarta Utara, keluarga Saya tinggal di Cilacap. Tinggal di Jakarta membuat Saya harus kuat jauh dari orang tua, harus bisa mandiri, dalam mengatur segalanya dan yang pasti Saya harus pintar menjaga diri Saya dari lingkungan yang kurang baik. Nasehat Ibu selalu bikin Saya kuat, saat Saya sedang merasa down, saat Saya merasa ingin pulang ke rumah. Tapi Saya berfikir kalau Saya menyerah sama saja Saya akan berhenti di langkah yang sudah di tempuh sejauh ini. Akhirnya setelah itu Saya kembali bersemangat, Saya teringat akan mimpi sederhana Saya.

Sekarang Saya kuliah semester 3, di kampus Saya mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) Progress. Saya masuk ke LPM saat pertama kali Saya masuk semester pertama, Saya ingin belajar bukan hanya materi perkuliahan yang Saya dapatkan, tapi dari lingkungan luar juga Saya dapatkan. Pada awal masuk Saya menjadi anggota di bawah Devisi Litbang. Dan saat ini Saya sebagai Humas Eksternal. Saat di LPM banyak pengalaman yang Saya dapatkan, pengalama bagaimana menulis berita yang benar, bagaimaan cara melakukan liputan dalam lingungan kampus atau luar kampus. Saat hari buruh tahun 2017 lalu, saya melakukan liputan secara langsung disekitar Patung Kuda Monumen Nasional (MONAS), dan disitu saya merasakan bagaimana menjadi seorang reporter, walau hanya reporter lingkup kampus .Itu semua merupakan pengalaman pertama Saya selama ini. Pada bulan April 2017, Saya mengikuti kegiatan bernama keREADta. Waktu itu Saya tau kegiatan itu dari Twitter, langsung Saya daftar dan dapat email konfirmasi. Kegiatan itu bertujuan untuk mengajak masyarakat lebih peduli dan sadar bahwa membaca buku bisa dimana saja. Selain itu, membaca juga menambah wawasan kita semua. Saat itu kita di anjurkan untuk membaca lebih dari 1 buku untuk dibaca kita dan untuk orang yang kita ajak membaca, dan juga buku untuk di sumbangkan setelah acara selesai. Kegiatan itu tidak hanya berenti di dalam kereta saja. Kegiatan itu juga membuka kelas Inspirasi gratis yang bertajuk “Merajut Satra dan Literasi”. Ada 5 kelas saat itu, yaitu Kelas Literasi, Kelas Fiksi, Kelas Blog, Kelas Jurnalistik dan Kelas Puisi.

Setelah Saya lulus, harapan Saya bisa berbagi ilmu dengan anak – anak yang membutuhkan. Saya bermimpi Saya bisa mengajak anak-anak untuk bisa membangun Indonesia sama – sama. Daerah di Indonesia itu sangat banyak, dan salah satu mimpi Saya adalah bisa berbagi ilmu dengan mereka yang berada di pelosok daerah, yang masih jauh dengan kota – kota besar. Saya ingin mengajak mereka untuk bisa menikmati pendidikan yang layak untuk mereka nikmati. Tidak hanya pendidikan sekolah saja tapi juga pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik.- Wikipedia  


Keywords:"Beasiswa Bazma Pertamina"

Senin, 21 Januari 2019

Rawatlah aku - Rumput

Assalamualaikum warohmatulohi wabarokatuh

Kali ini saya mau sedikit bercerita, tidak panjang, hanya obrolan yang mungkin tidak terlalu penting.
Pada minggu pagi kemaren, saya  dan Mas Mario - saya memanggilnya - ceritanya lari pagi, banyak jalan sih dari lari nya. Saya dan Mas Mario lumayan berbincang tentang banyak hal, bercerita selama tidak bertemu. Tibalah pada pembahasana Sang Rumput di tempat yang begitu luas. Saya dan Mas Mario sedang bercerita kapan kita naik gunung bareng, weh naik berdua - tapi ke gunung bukan ke pelaminan 😂. Eh ternyata si rumput dan kawan-kawan nya sedang bercerita juga . Mereka bercerita kehidupan setelah mempunyai bos yang berbeda dari tahun sebelumnya, tentang kehidupan barunya, dan tentang masa depan dia kedepan akan seperti apa.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Aku sedih sekarang" kata Rumpu Teki kepada kawan-kawannya
"Kenapa? Apa kamu diperlakukan berbeda dengan kita, bukan kah kita diperlakukan sama selama ini?" Jawab Rumput Raja
"Beda!!!!" jawab Rumput Bede dengan nada yang cukup keras
"Apa yang membuat mu merasakan hal seperti itu?" Kata Rumput Raja
"Terkadang banyak sekelompok ku di injak sama manusia seenaknya saja, apa karena bentuk kami yang seperti ini, jadi jauh dari perhatian?" Lanjut Rumput Bede dengan nada lirih
"Aku juga terkadang diperlakukan seenaknya saja, aku di cabut dari akar ku lalu buat mainan sama mereka, setelah mereka bosan aku di buang begitu saja" sambung Rumput Kawatan
"Tapi bukan kah kita juga sama, seperti yang di katakan Rumput Bede tadi, kalau tidak hanya dia yang di injak seenaknya, tapi kita semua pernah merasakan itu semua?" Kata Rumput Gajah
"Iya betul Rumput Gajah" jawab Rumput Teki
"Lalu kita akan berbuat apa biar kita tidak diperlakukan seperti itu lagi?" Kata Rumput Gajah sambil berfikir
"Dulu padahal kita diperlakukan dengan baik yah, kita di siram setiap pagi, di rawat dengan penuh kasih sayang. Kita tidak perah di injak seenaknya seperti sekarang, belum di tambah dengan tumpukan sampah yang kadang membuat kita juga menjadi kotor" sambung Rumput Teki
"Yasudah kita pasrah saja sekarang," kata Rumput Jepang dengan enteng nya
"Kamu enak, banyak dari kelompok mu di rawat dengan penuh kasih sayang saat kamu sedang masa pertumbuhan, tapi nanti juga bakal di injak sama manusia, buat alas kaki, hahaha" balas Rumput Kawatan dengan perasaan senang

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada sudut lain, ada sebuah kolam ikan yang sudah tertata rapi, di buat oleh manusia. Dia di tempatkan di tempat yang sejuk, karena berada di bawah pohon-pohon yang rimbun, banyak anak-anak yang berkunjung untuk melihat kolam ikan tersebut. Dari mereka menikmatinya, suara gemricik airnya terdengar begitu jelas. Banyak dari manusia mengabadikan tempat tersebut. Obrolan antara Ikan, Air dan juga Bambu pun terjadi.

"Bagus yah" suara beberapa manusia yang melihat kolam ikan tersebut
"Eh kita mau di foto" kata Ikan Mas Koki
"Aku tidak menarik sampai ngga ada yang mau ambil gambarku" lanjut Bambu dengan nada sedihnya
"Selama ada Ikan pasti ada aku" lanjut Air
"Sudah jangan sedih, nanti kita lari ke arah mu biar kita bisa di foto bareng" jawab salah satu Ikan dengan nada memberi semangat

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akhirnya semua Ikan menuju bambu, agar bambu ikut terfoto oleh manusia yang akan memotret, hanya saja manusia yag memotret banyak , jadi tidak bisa selalu dekat dengan bambu, beberapa Ikan juga ingin pergi sendiri.

Matahari sudah mulai muncul, cahayanya sangat terik kala itu, banyak manusia mencari tempat berteduh atau hanya sekedar istirahat. Dan mereka pun mencari pohon yang besar agar terhindar dari teriknya cahaya matahari.
Semakin siang, pengujung tidak berkurang, malah semakin banyak. Dan saat itu pula rumput bisa menikmati waktu bersama kelompoknya.

"Kalau siang gini kita baru enak ya, tanpa rasa sakit harus nahan beban manusia yang segede itu" sahut Rumput Gajah
"Iya, walaupun kita kena cahaya matahari tapi itu lebih baik, dari pada harus kena beban manusia" lanjut Rumput Bede
"Eh teman-teman sepertinya kita sebentar lagi akan disiram deh, liat kearah sana, sudah ada mobil yang membawa air" kata Rumput Teki dengan nada bahagianya karena sebentar lagi akan kena air
"Iya itu mereka" jawab semua rumput yang ada disana
"Lihat deh itu manusia kepanasan, mereka tuh ngga bersyukur ya, panas bilang panas  banget, nyari pohon buat menghindar dari teriknya matahari, nanti hujan bilang hujan terus, males kemana mana namanya museum di Indoensia ya seperti itu, ada musim penghujan juga ada musim kemarau, tapi mereka selalu saja sambat" Rumput Bede ngomel sendiri
"Sudahlah, kita mau kasih tau apa ke mereka, sedangkan kita beda golongan dengan mereka?" lanjut Rumput Raja
"yasudah intinya sekarang kita udah di siram, dan sebentar lagi matahari akan turun, jadi kita udah ngga kena teriknya matahari lagi dan bisa istirahat" lanjut Rumut Kawatan

Waktu semakin siang, matahari semakin terik, banyak beberapa orang untuk mencari temat istirahat karena cuaca sangat panas dan jarang ada tempat buat istirahat, dan beberapa jam kemudian tempat itu mulai sepi pengunjung, waktu sudah mulai sore beberapa pengunjung sudah mulai pulang dan matahari sudah menuju barat untuk menerani benua yang lain.

Malam hari telah tiba, saatnya Rumput dan Ikan istirahat hanya saja air terus berjalan tanpa henti.

Terima kasih sudah membacanya, ini hanya cerita biasa dan maaf apabila ceitanya biasa saja.
Sampai bertemu di cerita selanjutnya~~~~~~~ 😊😊😊😊

Wassalamualaikum warohmatulohi wabarokatuh
Nani Fight